Kota Bima LAWATANEWS
Forum Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (Puspa) Kota bima bersama
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bima
Menyelenggarakan Lokakarya dan advokasi “Pencegahan Tindak kekerasan Kepada Perempuan dan Anak di Kota Bima Tahun 2024” di lima kecamatan di kota bima, (11/12/2024).
Acara ini dihadiri. Di hadiri oleh PKK. Lpm. Karang taruna. Tsbk. Kader posyandu. Rumah Aspirasi. Sekolah perempuan. Ppatbm. RT Rw Toga toma.
Kepala DP3A Kota Bima mengatakan, Forum Puspa dibentuk dengan tujuan untuk memperkuat peran serta masyarakat dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender, mendorong kesejahteraan perempuan dan memperkuat perlindungan anak.
Kepala DP3A optimis, PemKot Bima mampu menciptakan kota yang lebih ramah dan mendukung kesejahteraan perempuan dan anak.
Kasus kekerasan terhadap perempuan di Kota Bima dalam lima tahun terakhir mengalami fluktuasi. pada tahun 2022 mengalami kenaikan, tetapi pada tahun 2023 mengalami penurunan. Berbeda dengan kasus kekerasan terhadap anak yang tidak pernah turun, justru naik.
Kepala DP3A mengatakan, Pemkot BIMA akan terus berupaya mencegah, mengendalikan, dan menekan tingkat kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Sedangkan, Ketua Forum Puspa Kota bima, Hj Ellya HM. lutfi mengatakan, Forum ini mempunyai visi mewujudkan kesejahteraan perempuan dan anak menuju Kota Bima ramah perempuan dan peduli anak.
Sedangkan misinya adalah, meningkatkan partisipasi publik dalam pemberdayaan perempuan dan pemenuhan hak anak; mendorong penguatan kelembagaan yang berperspektif pemberdayaan perempuan; serta melakukan monitoring dan keberlanjutan program pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
Sementara itu, narasumber pertama Ustadzah nelly
mengatakan, pendekatan perlindungan anak di perkotaan melibatkan tiga aspek utama: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Integrasi ketiga aspek ini penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung tumbuh kembang anak.
Perlindungan berbasis keluarga dengan memperkuat peran keluarga sebagai lini pertama perlindungan anak melalui edukasi dan dukungan.
Perlindungan berbasis sekolah dengan menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan responsif terhadap kebutuhan perlindungan anak.
Perlindungan berbasis masyarakat dengan membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam melindungi anak-anak di lingkungan perkotaan.
Narasumber kedua ibu rizky mengatakan, kekerasan terhadap perempuan dan anak bisa dicegah. Dalam rumah tangga ia menyarankan untuk menerapkan musyawarah dan menghindari komunikasi yang merendahkan.
Dalam Pendidikan, ibu rizky menganjurkan untuk mengajarkan empati dan menghindari disiplin dengan kekerasan. Dalam masyarakat, ibu rizky menyebutkan bisa dilakukan dengan memberikan edukasi dan membangun kesadaran publik serta pengembangan program pencegahan kekerasan berbasis agama.
Ibu rizky menyarankan, setiap keluarga mempunyai visi misi keluarga, membangun komunikasi efektif dan positif, menjaga ibadan dan spiritual keluarga, serta menjadikan rumah sebagai tempat ternyaman bagi seluruh keluarga.
Ibu rizky juga menyebutkan bahwa masyarakat harus mengetahui penanganan bagi korban kekerasan.
“Bagi perempuan yang menjadi korban kekerasan, laporkan ke Lembaga anti-KDRT, cari dukungan dari keluarga atau sahabat, dan konsultasi pada ahli jika sudah berdampak pada Kesehatan mental,” katanya.
“Untuk anak-anak, jika mereka sebagai korban, maka lakukan validasi emosinya. Jika anak sebagai pelaku, maka edukasi dengan nilai-nilai Islam. Baik anak sebagai korban maupun pelaku, sebaiknya konsultasi pada ahli jika sudah berdampak pada Kesehatan mental,” katanya. (Dk)